Perkiraan Materi Uas Strategi pembelajaran no download

Perkiraan Materi Uas Strategi pembelajaran ====>

BAGIAN PERTAMA
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PKn
PENGERTIAN
1. (Istlh Militer) = upaya memilih, menyusun, memobilitasikan segala cara, sarana  dan tenaga untuk mencapai sasaran
2. (Istlh pendd) = upaya guru memilih, menyusun, dan mengorganisasikan rangkaian kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran .

PERSYARATAN : MEMILIKI
3. Kemampuan berpikir strategis unt. dapat memilih berbagai alternatif dg memperkirakan konsekwensinya
4. Kemampuan secara profesional dalam merencanakan program pembelajaran setelah mengenal, memahami dan menguasai berbagai metodologi BM

Kendala pembelajaran PKn
INSTRUMENTAL INPUT   
- KUALITAS GURU
- FASILITAS
- SUMBER BELAJAR

SOCIAL-POLITICS INPUT
-SITUASI KONDISI MASYARAKAT
- KEHIDUPAN POLITIK


KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PKn
  Menurut Malik Fajar (2004: 4) sejak tahun 1994, pembelajaran PKn menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan. Kendala dan keterbatasan tersebut adalah:
    (1) masukan instrumental (instrumental input) terutama berkaitan dengan kualitas guru serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar,
    (2) masukan lingkungan (social-political input) terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis.
PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PKn
CONFLUENT TAXONOMIS
-          KOGNITIF
-          AFEKTIF
-          PSIKOMOTORIK
Beberapa petunjuk empiris menyangkut permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut :
  Pertama,
Proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih menekankan pada aspek instruksional yang sangat terbatas, yaitu pada penguasaan materi (content mastery). Dengan kata lain lebih menekankan pada dimensi kognitifnya sehingga telah mengabaikan sisi lain yang penting, yaitu pembentukan watak dan karakter yang sesungguhnya menjadi fungsi dan tujuan utama Pkn.
  Kedua,
Pengelolaan kelas belum mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk berkembangnya pengalaman belajar siswa yang dapat menjadi landasan untuk berkembangnya kemampuan intelektual siswa (state of mind ). Proses pembelajaran yang bersifat “satu arah” dan pasif baik di dalam maupun di luar kelas telah berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) dalam proses pembentukan watak dan perilaku siswa. Untuk itu sangat penting bagi kita untuk membangun model-model pembelajaran khususnya dalam IPS dalam rangka, menciptakan proses belajar yang menyenangkan, mengasyikkan, sekaligus mencerdaskan.

PENGELOLAAN KELAS

- SUASANA KONDUSIF
- MEANINGFUL LEARNING
- MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YG MENYENANGKAN, MENGASYIKKAN DAN MENCERDASKAN



  Ketiga,
Pelaksanaan kegiatan ektra-kurikuler sebagai wahana sosio-pedagogis melalui pemanfaatan “ hands-on experience” juga belum berkembang sehingga belum memberikan kontribusi yang berarti dalam menyeimbangkan antara penguasaan teori dan pembinaan perilaku, khususnya yang berkaitan dengan pembiasaan hidup yang terampil dalam suasana yang demokratis dan sadar hukum.

KEGIATAN EKSTRA-KURIKULER
-          SOSIO-PEDAGOGIS
-          PEMANFAATAN HAND-ON EXPERIENCE
MENYEIMBANGKAN PENGUASAAN TEORI DAN PEMBINAAN PRILAKU
PEMBIASAAN HIDUP TERAMPIL DALAM SUASANA DEMOKRATIS DAN SADAR HUKUM

Empat pilar belajar yang diperkenalkan oleh UNESCO dalam Soedijarto (2004: 10-18) yaitu
1. Learning to know (Philip Phoenix),
                Proses pembelajaran yang mengutamakan penguasaan ways of knowing atau mode of inquire telah memungkinkan siswa untuk terus belajar dan mampu memperoleh pengetahuan baru dan tidak hanya memperoleh pengetahuan dari hasil penelitian orang lain, melainkan dari hasil penelitiannya sendiri. Karena itu, hakikat dari learning to know adalah proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tehnik menemukan pengetahuan dan  bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2. Learning to do yaitu :
Pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan  controlling, monitoring, maintaining, designing, organizing. Belajar ini terkait dengan belajar melakukan sesuatu dalam situasi yang konkret yang tidak hanya terbatas kepada penguasaan keterampilan mekanistis melainkan meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi konflik, menjadi pekerjaan yang penting.
3. Learning to live together
yaitu :
Membekali siswa kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda, dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka. Dalam hubungan ini, prinsip relevansi sosial dan moral.
4. Learning to be,
                keberhasilan pembelajaran untuk mencapai pada tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua, dan ketiga, yaitu : tiga pilar yaitu learning to know, learning to do, dan learning to live together ditujukan bagi lahirnya siswa didik yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu memecahkan masalah, dan mampu bekerja sama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan.
  Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa didik, sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal
                dirinya, yakni manusia yang berkepribadian yang mantap dan mandiri.
  Manusia yang utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten
                dan memiliki rasa empati (tepo seliro), atau disebut memiliki Emotional Intelligence.
KOMPONEN CTL
  Membuat hubungan yang bermakna ( making meaningful connections ) antara sekolah dan konteks kehidupan nyata, sehingga siswa merasakan bahwa belajar penting untuk masa depannya.
  Melakukan pekerjaan yang siginifikan ( doing significant work ). Pekerjaan yang memiliki suatu tujuan, memiliki kepedulian terhadap orang lain, ikut serta dalam menentukan pilihan, dan menghasilkan produk.
  Pembelajaran mandiri ( self-regulated learning ) yang membangun minat individual siswa untuk bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar dan konteks kehidupan sehari-hari.
  Bekerjasama ( collaborating ) untuk membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka untuk mengerti bagaimana berkomunikasi/berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang ditimbulkannya.
  Berpikir kritis dan kreatif ( critical and creative thingking ); siswa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan, analisi s dan si n tesa data, memahami suatu isu/fakta dan pemecahan masalah.
  Pendewasaan individu ( nurturing individual ) dengan mengenalnya, memberikan perhatian, mempunyai harapan tinggi terhadap siswa dan memotivasinya.
  Pencapaian standar yang tinggi ( reaching high standards ) melalui pengidentifikasian tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
  Menggunakan penilaian autentik ( using authentic assessment ) yang menantang siswa agar dapat menggunakan informasi akademis baru dan keterampilannya kedalam situasi nyata untuk tujuan yang signifikan.

BAGIAN KEDUA
ARAH BARU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

  Menurut Malik Fajar (2004: 6-8) bahwa PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab, PKn memiliki peranan yang amat penting. Mengingat banyak permasalahan mengenai pelaksanaan PKn sampai saat ini, maka arah baru PKn perlu segera dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuannya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai arah baru, yaitu:
Pertama,
PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang relevan, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psikologi, dan disiplin ilmu lainnya, yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai, dan perilaku demokrasi warganegara.
Kemampuan dasar terkait dengan kemampuan intelektual, sosial (berpikir,bersikap, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat). Substansi pendidikan (cita-cita, nilai, dan konsep demokrasi) dijadikan materi kurikulum PKn yang bersumber pada pilar-pilar demokrasi konstitusional Indonesia.
Kedua,
PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik.
Pembangunan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warga negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga,
PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pada pelatihan penggunaan logika dan penalaran. Untuk memfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan belajar interaktif yang dikemas dalam berbagai bentuk paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari lingkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung. Di samping itu upaya peningkatan kualifikasi dan mutu guru PKn perlu dilakukan secara sistematis agar terjadinya kesinambungan antara pendidikan guru melalui LPTK, pelatihan dalam jabatan, serta pembinaan kemampuan profesional guru secara berkelanjutan dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Keempat,
Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman, sikap, dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ”mengajar demokrasi” (teaching democraty), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup berdemokrasi (doing democray).
Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kendali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga dapat lebih berhasil di masa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
Perbedaan antara Stratrgi, Metode, dan Teknik
Apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi)
Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik
Pada berbagai situasi proses pembelajaran sering kali digunakan berbagai istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan ang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teknik pembelajaran sering kali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk menyerahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai (Gerlach dan Ely, 1980).
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat procedural, yaitu berisi tahapan tertentu,sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan kata lain, metode dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapimereka menggunakan teknik yang berbeda.
Strategi pembelajaran mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Hubungan antara strategi, tujuan, dan metode pembelajaran dapat digunakan sebagai suatu kesatuan system yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplikasikan ke dalam berbagai medode yang releven selama proses pembelajaran berlangsung.
Pendekatan         
Berpusat pada siswa
Berpusat pada guru
Cara menyajikan materi
student center learning (berpusat pada siswa) dan teacher center learning (berpusat pada guru). Pada pendekatan yang berpusat pada siswa, siswa dapat mengeksplor dan mengembangkan pengetahuannya secara leluasa karena tidak berpatokan bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar, jadi sumber belajar yang diperoleh berasal dari mana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator untuk siswa. Sedangkan pada pendekatan yang berpusat pada guru, beranggapan bahwa guru adalah satu-satunya sumber belajar, dan dewasa ini pendekatan ini sudah banyak ditinggalkan.
1.        Pendekatan – Pendekatan Pembelajaran yang dapat digunakan di PKn
a.        Pendekatan individual
merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap anak didik dengan cara memahami karakter masing-masing dari anak didik, baik itu dari segi daya serap tingkat kecerdasan, cara mengemukakan pendapat dan lain sebagainya.
b.        Pendekatan kelompok
merupakan pendekatan pembelajaran yang memang suatu waktu diperlikan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik.
c.        Pendekatan bervariasi
 pendekatan ini bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan dari permasalahan tersebut.
d.        Pendekatan edukatif
 yakni setiap tindakan, sikap dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya.
2.         Strategi Pembelajaran PKn

a.        Strategi deduktif
dimulai dari penampilan prinsip-prinsip yang diketahui ke prinsip-prinsip yang belum diketahui. Sebaliknya, dengan strategi induktif, pembelajaran dimulai dari prinsip-prinsip yang belum diketahui.
b.       Strategi belajar tuntas
 merupakan suatu strategi yang memberi kesempatan belajar secara individual sampai pembelajar menuntaskan pelajaran sesuai irama belajar masing-masing. Ceramah dan demonstrasi merupakan dua strategi yang pada hakikatnya sama, yaitu guru menyampaikan fakta dan prinsip-prinsip, namun pada demonstrasi sering kali guru menunjukkan (mendemonstrasikan) suatu proses.
c.        Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)
strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktik dan latihan, serta demonstrasi.
d.        Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)
strategi pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.
e.        Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction),
Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik. Strategi pembelajaran interaktif ini dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.
f.         Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)
Strategi belajar melalui pengalaman ini menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
g.        Strategi Belajar Mandiri (independent study)
Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri.
h.       Metode penerangan nilai (value clarification)
merupakan metode pengembangan kesadaran nilai oleh pendidik kepada peserta didik dengan anggapan bahwa nilai-nilai tidak bisa diajarkan secara indoktrinasi.
Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
Teori Belajar Kognitif
 Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
• Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
• Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
• Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
• Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Teori Belajar Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut ( Nur, 2002 :8).

0 comments

Posting Komentar

silahkan berkomentar dengan bijak, sopan, dan santun. termiakasih telah mampir dan membaca blog kami.